Seks Dengan Anak SMP Masih Perawan
Seks dengan Anak SMP Masih Perawan
Aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi di Bandung, dan sekarang sudah tingkat akhir. Untuk saat ini aku tidak mendapatkan mata kuliahlagi dan hanya mengerjakan skripsi saja. Oleh karena itu aku sering main ketempat kakakku di Jakarta.Suatu hari aku ke Jakarta. Ketika aku sampai di rumah kakakku, aku melihat ada tamu, rupanya ia adalah teman kuliah kakakku waktu dulu. Aku diperkenalkan kakakku kepadanya. Rupanya ia sangat ramah kepadaku. Usianya 40 tahun dan sebut saja namanya Firman. Ia pun mengundangku untuk main kerumahnya dan dikenalkan pada anak-istrinya. Nama istrinya Dian, usianya 33 tahun (7 tahun lebih muda) darinya , dan nama putrinya Rina, yang masih duduk di kelas 2 SMP.
Kalau aku ke Jakarta aku sering main kerumahnya. Suatu hari pada saat dapat kabar dari Firman bahwa istrinya sakit dan dirawat di rumah sakit Malang. Pada hari senin, aku mintain tolong oleh Firman untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Malang, kerumah sakit untuk mengantarkan istrinya yang sedang sakit. menurutnya sakit deman berdarah dan dirawat selama 3 hari. Oleh karna itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena harus sekolah.
Setelah 3 hari dirumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah kakakku, karena aku tidak ada kesibukan apapun dan aku pun menuju rumah Firman. Aku pun bersatai dan menyalakan VCD. Saat sudah menyalakan satu film, melihat rak dibagian bawahnya dan melihat beberapa VCD porno. Karena memang sendirian, aku pun menyalakan dan menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD dibawah karpet.
"Hallo Om Ryan,," kata Rina yang baru masuk tersenyum.
"Om,, tolongin dong bayarin ongkos Gojek.., uang Rina seratus ribu , abang Gojeknya nggak ada kembalinya."
Aku tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan ongkos yang cuma sebelas ribu rupiah. Saat aku masuk kembali.., pucatlah wajahku, dan Rina duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang sedang setengah jalan. Rina memandang kepadaku dan tertawa geli.
"Ihh, Om Ryan Begitu tho caranya.., Rina sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belon pernah liat." kata Rina seperti tidak ada kejadian apa-apa.
Gugup aku menjawab,, "Rina kamu nggak boleh nonton itu", "Kamu belum cukup umur, Ayo matiin.!"
"Aahh, Om Ryan, Jangan gitu, dong!" Tu liat.. cuma begitu aja, gambar yang dibawa temen Rina di sekolah lebih serem..
Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Rina justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Rina terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.
Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Rina sedang tengkurap di sofa mengerjakan PR, dan.. astaga,,,. Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.
Setelah makanan siap, aku memanggil Rina. Dan.., sekali lagi astaga.. jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku yang tadi diam, sudah mulai bergerak, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celanaku.
Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah dadanya yang indah mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.
"Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan hayoo..!? tanya Rina bermain tebakan.
"Ah,, gampang, "Semut lagi push-up!" Kan ada di tutup botol Fanta.
"Ihh, Om Ryan Begitu tho caranya.., Rina sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belon pernah liat." kata Rina seperti tidak ada kejadian apa-apa.
Gugup aku menjawab,, "Rina kamu nggak boleh nonton itu", "Kamu belum cukup umur, Ayo matiin.!"
"Aahh, Om Ryan, Jangan gitu, dong!" Tu liat.. cuma begitu aja, gambar yang dibawa temen Rina di sekolah lebih serem..
Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Rina justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Rina terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.
Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Rina sedang tengkurap di sofa mengerjakan PR, dan.. astaga,,,. Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.
Setelah makanan siap, aku memanggil Rina. Dan.., sekali lagi astaga.. jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku yang tadi diam, sudah mulai bergerak, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celanaku.
Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah dadanya yang indah mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.
"Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan hayoo..!? tanya Rina bermain tebakan.
"Ah,, gampang, "Semut lagi push-up!" Kan ada di tutup botol Fanta.
"Sekarang gantian ya,, putih, biru, hijau, kecil, keringetan, apa coba ?" kataku membalas tebakan.
Rina berpikir dan memberi beberapa jawaban, yang semua kusalahkan.
"Yang bener.. Rina pakai seragam sekolah, kepanasan naik Gojek.
"Aahh.. Oom Ryan ngeledek..!"
Rina meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan tiba-tiba dia tersandung!
Rina berpikir dan memberi beberapa jawaban, yang semua kusalahkan.
"Yang bener.. Rina pakai seragam sekolah, kepanasan naik Gojek.
"Aahh.. Oom Ryan ngeledek..!"
Rina meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan tiba-tiba dia tersandung!
Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku tak sengaja memegang dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang penisku. Kami terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau shampo rambutnya membuatku makin terangsang. Dan aku pun mulai menciumi lehernya. Rina membungkukkan kepalanya dan sambil memejamkan matanya, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya. KlikDisini :
Nafas Rina makin terengah, dan tanganku pun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan vaginanya yang membayang.
"Uuuhh.. mmhh.., Rina menggelinjang.
Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang kucumbu adalah seorang gadis SMP, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya.
"Aahh.." Rina menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!
Aku segera mengulum puting dadanya yang merah muda, berganti ganti kiri ke kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh lidahku. Tangan Rina yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan.. nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut yang masih jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Rina. Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya.
"Emmhh.. aahh.. tangan Rina meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir kemaluannya kucium. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut secara perlahan.
"Ooohh.. aduuhh.. Rina mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan vaginanya yang masih begitu rapat.
Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir vaginanya dan mulai membuka. Sesekali lidahku membelai kedalam vaginanya dan tubuh Rina terlonjak dan nafas Rina seakan tersedak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras.
Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Rina tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Berlahan aku membuka semua pakaianku, dan penisku yang tegak teracung ke atas dan siap untuk beraksi. Sebelum beraksi aku membelai-belaikan di pipi Rina.
"Mmmhh.. mmhh.. oohhmm.., ketika Rina membuka bibirnya, kumasuklkan kepala penisku.
Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai vaginanya.
Segera saja penisnku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, aku pun naik ke atas tubuh Rina dan bibirku mencium bibirnya. Aroma penisku ada di mulut Rina dan aroma vaginanya Rina di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit.
Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala penisku ke celah di vaginanya, dan kemudian kurasakan tangan Rina menekan pantatku dari belakang.
"Ohhmm, mam.. mssuk.. ahh.. masukin.. Omm.. ahh.. ehhmm.."
Perlahan penisku mulai menempel di bibir liang vaginanya, dan Rina semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku kutekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun berpikir, apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung penisku yang besar ini. Terus terang saja, ukuran kemaluanku adalah panjang 15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Rina masih SMP dan ukuran lubang vaginanya yang masih kecil.
Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha. Akhirnya usahaku pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu, dan Rina memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkram kulit punggungku. Aku menekan lagi, dan terasa ujung penisku membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluanku yang masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Rina terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.
Sebentar kemudian kernyit (kerut alis) di dahi Rina menghilang, dan aku pun mulai menarik dan menekankan pinggulku. Rina mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau (berkata tidak keruan).
"Aduhh.. sshh.. iya.. terusshh.. mmhh.. aduhh.. enak.. Oomm..
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Rina, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Rina sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak 3/4 kemaluanku menancap di kemaluannya. Tanpa perlu diajarkan, Rina segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dadanya, kelentit dan pinggulnya, dan kami pun berlomba mencapai puncak.
Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Rina makin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.
Setelah tubuh Rina melemas, aku mendorong ia telentang. Dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Rina tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.
Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.
"Aduh, Oom.. Rina lemes. Tapi enak banget.,," kata Rina sambil mengigit bawah bibirnya.
Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan penisku yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Rina yang masih amat kencang.
Aku segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh kami berdua dan.. kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam aku mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Rina.. entah berapa kali. Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergumul penuh kenikmatan sebelum akhirnya Rina kupaksa memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah.
Kembali ke rumah Firman, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Rina pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celanaku dan mengulum kemaluanku. Tapi segera saja aku sadar bahwa itu bukan mimpi, dan aku memandangi rambutnya yang tergerai yang bergerak-gerak mengikuti kepalanya yang naik-turun. Aku melihat keluar kamar dan kelihatan VCD menyala, dengan film yang kemarin. Ah, Merasakan caranya memberiku blowjob (cara bercinta), aku tahu bahwa ia baru saja belajar dari VCD. AgenBandarCeme.
Post a Comment