Bercinta Dengan Penyanyi Caffe
Bercinta Dengan Penyanyi Caffe
Pada hari ini aku bertemu dengan Client ku yang merupaka penyanyi caffe, wanita cantik ini bernama Friska. Gadis ini wajahnya tidak terlalu cantik. Tingginya ± 160 cm, dan berat badan ± 55 kg. Tubuhnya padat berisi. Ukuran payudaranya sekitar 36B. Kelebihannya adalah lesung pipitnya. Senyumanya manis dan matanya berbinar indah. Cuku seksi, apalagi suaranya, membuat telinga ku fresh."Para pengunjung sekalian,, Malam ini saya, Friska bersama band akan menemani anda semua. Jika ada yang ingin bernyanyi bersama saya, mari... saya persilahkan. Atau jika ingin request lagu juga silahkan" kata pembukanya jika dia mau bernyanyi.
Penyanyi yang bernama Friska itu mulai menyapa pengunjung Caffe. Aku hanya tertarik mendengar suaranya. Percakapan dengab client menyita perhatianku. Sampai kemudian telingaku menangkap perubahan cara bermain dari sang keyboardist. Aku melihat ke arah band tersebut dan melihat Friska ternyata bermain keyboard juga.
Friska bermain solo keyboard sambil menyanyikan lagu "All of Me". Lagu yang sangat sederhana. Aku menikmati semua jenis musik dan berusaha mengerti semua jenis musik. Termasuk jazz yang memang 'brain music'. Musik cerdas yang membuat otakku berpikir setiap mendengarnya.
Friska ternyata bermain sangat nyaman, Aku terkesima menemukan seorang penyanyi caffe yang mampu bermain keyboard dengan baik. Tiba-tiba aku menjadi sangat tertarik dengan Friska. Aku menuliskan request laguku dan memberikannya melalui pelayan caffe tersebut.
"The Boy From Ipanema, pleasee,, and your cellular number, 081xxxxxx, From Boy", tulisku di kertas request lagu sekaligus menuliskan nomor HP ku. Aku melanjutkan percakapan dengan client dan tak lama kemudian aku mendengan suara Friska.
"The Boy From Ipanema,, Untuk Mr. Boy,,?" ucapnya teriak merdu.
Bahasa tubuh Friska menunjukkan bahwa dia ingin tau dimana aku duduk. Aku melambaikan tanganku dan tersenyum ke arahnya. Posisi dudukku tepat di depan band tersebut. Jadi, dengan jelas Friska bisa melihatku. Kulihat Friska mebalas senyumku. Dia mulai memainkan keyboard.
Sambil bermain dan bernyanyi, matanya menatapku . Aku pun menatapnya. Untuk menggodanya, aku mengedipkan mataku. Aku kembli berbicara dengan clientku. Tak lama kudengar suara Friska menghilang dan berganti dengan suara penyanyi pria. Kulihata sekilas Friska tidak nampak. Tit,,tit,,tit,, SMS HP ku berbunyi.
"Friska," tampak pesan SMS di HP-ku. Wahh,, Friska meresponku. Segera kutelpon dia.
"Hai,, Aku Boy, Kamu dimana, Friska ?" tanyaku.
"Hi Boy,, Aku dibelakang. Kekamar mandi. Kenapa ingin tau nomor HP-ku?" tanya Friska.
"Aku tertarik denganmu. Suaramu sexy,, Se-sexy penampilanmu" kataku terus terang, dan kudengar tawa ringan dari Friska.
"Rayuan ala Boy, nih?" tanyanya bercanda.
"Loh,, Bukan rayuan kok. Tetapi pujian pantas buatmu yang memang sexy,, Oh yaa, pulang dari caffe jam berapa?, aku antar pulang yah !, kataku menawarkan.
"Jam 24.00, Boleh. Tapi kulihat kamu dengan temanmu?" ucapnya.
"Ohh,, dia client ku. Sebentar lagi dia pulang kok, aku hanya mengantarnya sampai parkir mobil, Bagaimana?"
"Okay,, tunggu aku yah" jawabnya.
"Okay,, See you baby, sexy," kataku.
Aku melanjutkan sebentar percakapan dengan client dan kemudian mengantarkannya ke tempat parkiran mobil. Setelah clientku pulang aku kembali ke caffe. Waktu masih menunjukkan pukul 23.30. Masih 30 menit lagi. Aku kembali duduk dan memesan hot tea. 30 menit aku habiskan dengan memandang Friska yang sedang bernyanyi. Mataku terus menatapnya sambil sesekali aku tersenyum. Kulihat Friska dengan percaya diri membalas tatapanku. Gadis ini menarik hingga membuatku ingin mencumbunya.
Dalam perjalanan mengantarkan Friska pulang, aku sengaja menyalakan AC mobil cukup besar sehingga suhu dalam mobil dingin sekali. Dan Friska tampak menggigil.
"Boy, AC-nya dikecilin yah?" tangan Friska meraih remot AC untuk menaikkan suhu. Tanganku segera menahan tangannya. Kesempatan untuk memegang tangannya.
"Jangan,, Udak dekat kok rumah kamu kan?" Aku tidak tahan panas. Suhu segini aku baru bisa. Kalau kamu naikkan aku tidak tahan,," alasanku.
Aku memang ingin membuat Friska kedinginan. Kulihar Friska bisa mengerti, karena tangan kiriku memegangn tangannya. Kuusap perlahan, Friska diam saja.
"Kugosoknya,,, biar hangat," kataku datar. Aku memberikan stimuli ringan, dan Friska tersenyum. Dan dia tidak menolak.
"Yaa,, Boleh, habis dingin banget,, Oh iya, kamu suka musik jazz juga ya ?"
"Hampir semua musik aku suka, Oh ya, baru kali aku melihat penyanyi jazz wanita yang bisa bermain keyboard. Cara mainmu asyik lagi" kataku memujanya.
"Haha,, ini malam pertama aku main keyboard sambil bernyanyi".
"Oh gituu?, tapi tidak terlihat canggung ya. Ku dengar tadi kamu banyak memakai scale altered dominant ya?" kemudian aku memainkan tangan kiriku ditangannya seolah-olah aku sedang bermain keyboard.
"What a Boy! Kamu tau jazz scale juga?, Kamu bisa main piano yah?" Friska tampak terkejut, dan mukanya terlihat penasaran.
"Yah, dulu main klasik, lalu tertarik ke musik jazz, Belum mahir," aku berhenti di depan rumah Friska.
Bahasa tubuh Friska menunjukkan bahwa dia ingin tau dimana aku duduk. Aku melambaikan tanganku dan tersenyum ke arahnya. Posisi dudukku tepat di depan band tersebut. Jadi, dengan jelas Friska bisa melihatku. Kulihat Friska mebalas senyumku. Dia mulai memainkan keyboard.
Sambil bermain dan bernyanyi, matanya menatapku . Aku pun menatapnya. Untuk menggodanya, aku mengedipkan mataku. Aku kembli berbicara dengan clientku. Tak lama kudengar suara Friska menghilang dan berganti dengan suara penyanyi pria. Kulihata sekilas Friska tidak nampak. Tit,,tit,,tit,, SMS HP ku berbunyi.
"Friska," tampak pesan SMS di HP-ku. Wahh,, Friska meresponku. Segera kutelpon dia.
"Hai,, Aku Boy, Kamu dimana, Friska ?" tanyaku.
"Hi Boy,, Aku dibelakang. Kekamar mandi. Kenapa ingin tau nomor HP-ku?" tanya Friska.
"Aku tertarik denganmu. Suaramu sexy,, Se-sexy penampilanmu" kataku terus terang, dan kudengar tawa ringan dari Friska.
"Rayuan ala Boy, nih?" tanyanya bercanda.
"Loh,, Bukan rayuan kok. Tetapi pujian pantas buatmu yang memang sexy,, Oh yaa, pulang dari caffe jam berapa?, aku antar pulang yah !, kataku menawarkan.
"Jam 24.00, Boleh. Tapi kulihat kamu dengan temanmu?" ucapnya.
"Ohh,, dia client ku. Sebentar lagi dia pulang kok, aku hanya mengantarnya sampai parkir mobil, Bagaimana?"
"Okay,, tunggu aku yah" jawabnya.
"Okay,, See you baby, sexy," kataku.
Aku melanjutkan sebentar percakapan dengan client dan kemudian mengantarkannya ke tempat parkiran mobil. Setelah clientku pulang aku kembali ke caffe. Waktu masih menunjukkan pukul 23.30. Masih 30 menit lagi. Aku kembali duduk dan memesan hot tea. 30 menit aku habiskan dengan memandang Friska yang sedang bernyanyi. Mataku terus menatapnya sambil sesekali aku tersenyum. Kulihat Friska dengan percaya diri membalas tatapanku. Gadis ini menarik hingga membuatku ingin mencumbunya.
Dalam perjalanan mengantarkan Friska pulang, aku sengaja menyalakan AC mobil cukup besar sehingga suhu dalam mobil dingin sekali. Dan Friska tampak menggigil.
"Boy, AC-nya dikecilin yah?" tangan Friska meraih remot AC untuk menaikkan suhu. Tanganku segera menahan tangannya. Kesempatan untuk memegang tangannya.
"Jangan,, Udak dekat kok rumah kamu kan?" Aku tidak tahan panas. Suhu segini aku baru bisa. Kalau kamu naikkan aku tidak tahan,," alasanku.
Aku memang ingin membuat Friska kedinginan. Kulihar Friska bisa mengerti, karena tangan kiriku memegangn tangannya. Kuusap perlahan, Friska diam saja.
"Kugosoknya,,, biar hangat," kataku datar. Aku memberikan stimuli ringan, dan Friska tersenyum. Dan dia tidak menolak.
"Yaa,, Boleh, habis dingin banget,, Oh iya, kamu suka musik jazz juga ya ?"
"Hampir semua musik aku suka, Oh ya, baru kali aku melihat penyanyi jazz wanita yang bisa bermain keyboard. Cara mainmu asyik lagi" kataku memujanya.
"Haha,, ini malam pertama aku main keyboard sambil bernyanyi".
"Oh gituu?, tapi tidak terlihat canggung ya. Ku dengar tadi kamu banyak memakai scale altered dominant ya?" kemudian aku memainkan tangan kiriku ditangannya seolah-olah aku sedang bermain keyboard.
"What a Boy! Kamu tau jazz scale juga?, Kamu bisa main piano yah?" Friska tampak terkejut, dan mukanya terlihat penasaran.
"Yah, dulu main klasik, lalu tertarik ke musik jazz, Belum mahir," aku berhenti di depan rumah Friska.
"Tinggal dengan siapa?" tanyaku ketika kami masuk kerumahnya. Ya, aku menerima ajakannya untuk masuk sebentar walaupun ini sudah hampir jam 1 pagi.
"Aku kontrak rumah ini dengan beberapa temanku sesama penyanyi caffe. Dan mungkin mereka belum pulang semua. Mungkin sekalian kencan dengan pacarnya." jawabnya.
Friska masuk kamarnya untuk mengganti baju. Aku tidak mendengar suar pintu kamar dikunci. Wah, kebetulan atau Friska memang memancingku?, aku segera berdiri dan nekat membuka pintu kamarnya. Benar!, Friska berdiri hanya dengan bra dan celana dalam. dan ditangannya ada sebuah kaos. Kukira Friska akan berteriak terkejut atau marah. Tenyata tidak, dengan santai dia tersenyum.
"Maaf,, aku mau tanya kamar mandi dimana?" tanyaku mencari alasan. Justru aku yang gugup melihat pemandangan indah di depanku.
"Di kamarku ada kamar mandinya kok, Masuk aja" katannya menawarkan.
Wah,, lampu hijau nih. Dikamarnya aku melihat ada sebuah piano. Aku tidak jadi ke kamar mandi malah memainkan pianonya. Aku memaikan lagu "Body and Soul" sambil menyanyi lembut. Suara dan permainanku biasa saja, tapi aku yakim Friska akan tertarik. Beberapa kali aku membuat kesalahan yang kusengaja, karna aku ingin meliha reaksi Friska.
"Salah tuh mainnya." komentar Friska., dan dia ikut bernyanyi.
"Ajarin dong,," kataku.
Dengan segera Friska mengajariku memainkan pianonya. Aku duduk sedangkan Friska berdiri membelakangiku. Dengan posisi seperti memelukku dari belakang, dia menunjukkan sekilas notasi yang benar. Aku bisa merasakan nafasnya di leherku. Wah,, Sudah jam 1 pagi. Aku menimbang-nimbang apa yang harus aku lakukan. Aku memutarkan mukaku. Kini mukaku dan Friska saling bertatapan. Dekat sekali, tanganku bergerak memeluk pinggangnya. Kalau ditolak, berarti dia tidak bermaksud apa-apa denganku. Jika dia diam saja, aku boleh melanjutkannya. Kemudian tangannya menepis halus tanganku. Kemudian dia berdiri, aku ditolak.
"Katanya mau ke kamar mandi?" tanyannya sambil tersenyum. Oh ya,, aku melupakan alasanku membuka pintu kamarnya.
"Oh ya,," aku berdiri.
Ada rasa sesak di dadaku menerima penolakannya. Tapi aku tak menyerah, segera kuraih tubuhnya dan kupeluk. Kemudian kuangkat ke kamar mandi.
"Eh,, Eh, apa-apaan ini?" Friska terkejut, dan aku tertawa saja.
Kubawa dia ke kamar mandi dan kusiram dengan air. Biarlah, kalau mau marah ya aku terima saja. Yang jelas aku terus berusaha mendapatkannya. Ternyata Friska malah tertawa, dan dia membalas menyiramku dan kami sama-sama basah kuyup. Segera aku menyandarkannya ke dinding kamar mandi dan menciumnya bibirnya. KlikDisini :
"Aku kontrak rumah ini dengan beberapa temanku sesama penyanyi caffe. Dan mungkin mereka belum pulang semua. Mungkin sekalian kencan dengan pacarnya." jawabnya.
Friska masuk kamarnya untuk mengganti baju. Aku tidak mendengar suar pintu kamar dikunci. Wah, kebetulan atau Friska memang memancingku?, aku segera berdiri dan nekat membuka pintu kamarnya. Benar!, Friska berdiri hanya dengan bra dan celana dalam. dan ditangannya ada sebuah kaos. Kukira Friska akan berteriak terkejut atau marah. Tenyata tidak, dengan santai dia tersenyum.
"Maaf,, aku mau tanya kamar mandi dimana?" tanyaku mencari alasan. Justru aku yang gugup melihat pemandangan indah di depanku.
"Di kamarku ada kamar mandinya kok, Masuk aja" katannya menawarkan.
Wah,, lampu hijau nih. Dikamarnya aku melihat ada sebuah piano. Aku tidak jadi ke kamar mandi malah memainkan pianonya. Aku memaikan lagu "Body and Soul" sambil menyanyi lembut. Suara dan permainanku biasa saja, tapi aku yakim Friska akan tertarik. Beberapa kali aku membuat kesalahan yang kusengaja, karna aku ingin meliha reaksi Friska.
"Salah tuh mainnya." komentar Friska., dan dia ikut bernyanyi.
"Ajarin dong,," kataku.
Dengan segera Friska mengajariku memainkan pianonya. Aku duduk sedangkan Friska berdiri membelakangiku. Dengan posisi seperti memelukku dari belakang, dia menunjukkan sekilas notasi yang benar. Aku bisa merasakan nafasnya di leherku. Wah,, Sudah jam 1 pagi. Aku menimbang-nimbang apa yang harus aku lakukan. Aku memutarkan mukaku. Kini mukaku dan Friska saling bertatapan. Dekat sekali, tanganku bergerak memeluk pinggangnya. Kalau ditolak, berarti dia tidak bermaksud apa-apa denganku. Jika dia diam saja, aku boleh melanjutkannya. Kemudian tangannya menepis halus tanganku. Kemudian dia berdiri, aku ditolak.
"Katanya mau ke kamar mandi?" tanyannya sambil tersenyum. Oh ya,, aku melupakan alasanku membuka pintu kamarnya.
"Oh ya,," aku berdiri.
Ada rasa sesak di dadaku menerima penolakannya. Tapi aku tak menyerah, segera kuraih tubuhnya dan kupeluk. Kemudian kuangkat ke kamar mandi.
"Eh,, Eh, apa-apaan ini?" Friska terkejut, dan aku tertawa saja.
Kubawa dia ke kamar mandi dan kusiram dengan air. Biarlah, kalau mau marah ya aku terima saja. Yang jelas aku terus berusaha mendapatkannya. Ternyata Friska malah tertawa, dan dia membalas menyiramku dan kami sama-sama basah kuyup. Segera aku menyandarkannya ke dinding kamar mandi dan menciumnya bibirnya. KlikDisini :
Friska membalas ciumanku. Bibir kami saling mengulum. Sungguh nikmat bercumbu di suhu dingin dan basah kuyup. Bibir kami saling berlomba memberikan kehangatan. Tanganku merain kaosnya dan membukanya. Kemudian bra dan celana dalamnya. Sementara Friska juga membuka kaos dan celanaku. Kami sama-sama tinggal hanya memakai celana dalam. Sambil terus mencumbunya, tangan kananku meraba, meremas lembut dan merangsang payudaranya. Sementara tangan kiriku meremas bongkahan pantatnya dan sesekali menyelinap ke belahan pantatnya. Dari pantatnya aku bisa meraih vaginanya. Menggosok-gosoknya dengan jariku.
"Aghhh,," kudengar desahan Friska. Nafasnya mulai memburu, dan suaranya sexy sekali. Berat dan basah. Perlahan aku merasakan penisku ereksi.
"Eghh,," aku menahan nafas ketika kurasakan tangan Friska menggenggam batang penisku dan meremasnya.
Tak lama dia mengocok penisku hingga membuatku makin terangsang. Tubuh Friska kuangkat dan kududukkan di bak air. Cukup sulit bercinta di kamar mandi. Licin dan tidak bisa berbaring. Sewaktu Friska duduk, aku hanya bisa merangsang payudara dan mencumbunya. Sementara pantat dan vaginanya tidak bisa kuraih. Friska tidak mau duduk, dia maunya berdiri lagi dan menciumi puting dadaku.
Ternyata enak juga rasanya. Baru kali ini putingku dicium dan dijilat. Friska cukup aktif juga ternyata. Tangannya tak pernah melepas penisku, dan terus dikocok dan diremasnya. Sambil melakukannya, badannya bergoyang-goyang seakan-akan dia sedang menari dan menikmati musik. Merasa terganggu dengan celana dalam, aku melepasnya dan juga melepas celana dalam Friska. Kami bercumbu kembali. Lidahku menekan lidahnya, dan kami saling menjilat dan menghisap.
Rintihan kecil dan desahan nafas kami saling bergantian membuat alunan musik birahi di kamar mandi. Suhu yang dingin membuat kami saling merapat mencari kehangatan. Ada sensasi yang berbeda bercinta ketika dalam keadaan basah. Waktu bercumbu, ada rasa ‘air’ yang membuat ciuman berbeda rasanya dari biasanya.
Aku menyalakan shower dan kemudian di bawah air yang mengucur dari shower, kami semakin hangat merapat dan saling merangsang. Aliran air yang membasahi rambut, wajah dan seluruh tubuh, membuat tubuh kami makin panas. Makin bergairah. Kedua tanganku meraih pantatnya dan kuremas agak keras, sementara bibirku melumat makin ganas bibir Felicia. Sesekali Friska menggigit bibirku.
Perlahan tanganku merayap naik sambil memijat ringan pinggang, punggung dan bahu Friska. Dari bahasa tubuhnya, Friska sangat menikmati pijatanku.
"Oghhh,, It's nice, Boy,, Ochhh,, Friska mengerang.
Lidahku mulai menjilati telinganya. Friska menggelinjang geli, dan tangannya ikut meremas pantatku. Aku merasakan payudara Friska makin tegang. Payudara dan putingnya terlihat begitu seksi. Menantang dengan puting yang menonjol coklat kemerahan.
"Payudaramu seksi sekali, Friska, ingin kumakan rasanya,," candaku sambil tertawa ringan. Friska memainkan bola matanya dengan genit.
"Makan aja kalo suka", bisiknya di telingaku.
"Enak lho,," sambungnya sambil menjilat telingaku. Ughh,, darahku berdesir. Perlahan ujung lidahku mendekati putingnya. Aku menjilatnya persis di ujung putingnya.
"Erghh,," desah Friska. Caraku menjilatnya lah yang membuatnya mengerang.
Mulai dari ujung lidah sampai akhirnya dengan seluruh lidahku, aku menjilatnya. Kemudian aku menghisapnya dengan lembut, agak kuat dan akhirnya sangat kuat, tak lama kemudian Friska kemudian membuka kakinya dan membimbing penisku memasuki vaginanya.
"Oughh,, enak,, ayo, Boy" Friska. memintaku mulai beraksi.
Penisku perlahan menembus vaginanya. Aku mulai mengocoknya. Maju-mundur, berputar, Sambil bibir kami saling melumat. Aku berusaha keras membuatnya merasakan kenikmatan. Friska dengan terampil mengikuti tempo kocokanku. Kamu bekerja sama dengan harmonis saling memberi dan mendapatkan kenikmatan. Vaginanya masih rapat sekali. Seperti masih perawan. Apakah begini rasanya perawan?. Entahlah, aku belum pernah bercinta dengan perawan, kecuali dengan Ria yang selaput daranya tembus oleh jari pacarnya.
"Aghh,, Aghhh,," Friska mengerang keras. Lama kelamaan suaranya makin keras.
"Come on, Boy,, Fuck me,," ceracaunya.
Rupanya Friska adalah tipe wanita yang bersuara keras ketika bercinta. Bagiku menyenangkan juga mendengar suaranya. Membuatku terpacu lebih hebat dan menghunjamkan penisku. Lama-lama tempoku makin cepat. Beberapa saat kemudian aku berhenti. Mengatur nafas dan mengubah posisi kami.
Friska menungging dan aku ‘menyerangnya’ dari belakang. Doggy style. Kulihat payudara Friska sedikit terayun-ayun. Seksi sekali, dengan usil jariku meraba anusnya, kemudian memasukkan jariku.
"Hey,, Perih tau!" teriak Friska dan ku tertawa.
"Sorry,, Kupikir enak rasanya,," Aku menghentikan memasukkan jari ke anusnya tetapi tetap bermain-main di sekitar anusnya hingga membuatnya geli.
Cukup lama kami berpacu dalam birahi. Aku merasakan saat-saat orgasmeku hampir tiba. Aku berusaha keras mengatur ritme dan nafasku.
"Aku mau keluar, Friska,,"
"Keluarin di dalam aja Boy, udah lama aku tidak merasakan semburan cairan pria" Aku agak terhenti. Gila, keluarin di dalam. Kalau hamil gimana, pikirku.
"Aman Boy, aku ada obat anti hamil kok,," Friska meyakinkanku. Aku yang tidak yakin. Tapi masa bodoh ah, Dia yang menjaminnya, kan?, kukocok lagi dengan lebih cepat. Friska berteriak makin keras.
"Yes,, Aku juga mau keluar, Boy,, come on,, come on,, oh yeah,," desahnya tak karuan.
Saat-saat itu makin dekat,, aku mengejarnya. Kenikmatan tiada tara. Membuat saraf-saraf penisku kegirangan. Srr.. Srr..
"Aku orgasme, Sesaat kemudian kurasakan tubuh Friska makin bergetar hebat. Aku berusaha keras menahan ereksiku. Tubuhku terkejang-kejang mengalami puncak kenikmatan pada vaginanya
"Aarrghhh,, yeeaahah,," Friska menyusulku orgasme.
Dia menjerit kuat sekali kemudian membalikkan badannya dan memelukku. Kami kemudian bercumbu lagi. Saatnya after orgasme service. Tanganku memijat tubuhnya, memijat kepalanya dan mencumbu hidung, pipi, leher, payudara dan kemudian perutnya. Aku membuatnya kegelian ketika hidungku bermain-main di perutnya. Kemudian kuangkat dia.
Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciuman dan rabaan, kami saling menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telanjang aku mengangkatnya ke tempat tidur, membaringkannya dan kembali menciumnya. Friska tersenyum puas, matanya berbinar-binar.
"Thanks Boy,, Sudah lama sekali aku tidak bercinta. Kamu berhasil memuaskanku,," Pujiannya yang tulus. Aku tersenyum. Aku merasa belum hebat bercinta. Aku hanya berusaha melayani setiap wanita yang bercinta denganku. Memperhatikan kebutuhannya.
Aku sangat terkejut ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sial, kami tadi lupa mengunci pintu. Seorang wanita muncul. Aku tidak sempat lagi menutupi tubuh telanjangku.
"Upss,, Gak usah terkejut. Dari tadi aku udah dengar teriakan Friska. Tadi malah sudah mengintip kalian di kamar mandi,," kata wanita itu. Aku kecolongan, tapi apa boleh buat. Biarkan saja, kulihat Friska tertawa.
"Kenalin, dia Glady,, Mbak,, Dia Boy." aku menganggukkan kepalaku padanya.
"Hi Gladys,," sapaku.
Kemudian aku berdiri. Dengan penis lemas terayun aku mencari kaos dan celana pendek dan memakainya. Gladys masuk ke kamar. Busyet, ni anak tenang sekali, Pikirku. Sudah jam 2 pagi. Aku harus pulang. AgenBandarCeme.
Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciuman dan rabaan, kami saling menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telanjang aku mengangkatnya ke tempat tidur, membaringkannya dan kembali menciumnya. Friska tersenyum puas, matanya berbinar-binar.
"Thanks Boy,, Sudah lama sekali aku tidak bercinta. Kamu berhasil memuaskanku,," Pujiannya yang tulus. Aku tersenyum. Aku merasa belum hebat bercinta. Aku hanya berusaha melayani setiap wanita yang bercinta denganku. Memperhatikan kebutuhannya.
Aku sangat terkejut ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sial, kami tadi lupa mengunci pintu. Seorang wanita muncul. Aku tidak sempat lagi menutupi tubuh telanjangku.
"Upss,, Gak usah terkejut. Dari tadi aku udah dengar teriakan Friska. Tadi malah sudah mengintip kalian di kamar mandi,," kata wanita itu. Aku kecolongan, tapi apa boleh buat. Biarkan saja, kulihat Friska tertawa.
"Kenalin, dia Glady,, Mbak,, Dia Boy." aku menganggukkan kepalaku padanya.
"Hi Gladys,," sapaku.
Kemudian aku berdiri. Dengan penis lemas terayun aku mencari kaos dan celana pendek dan memakainya. Gladys masuk ke kamar. Busyet, ni anak tenang sekali, Pikirku. Sudah jam 2 pagi. Aku harus pulang. AgenBandarCeme.
Post a Comment