Header Ads

Seo Services

Tukang Jamu Yang Bahenol dan Memuaskan

 http://www.qqkenzo.org/index.php

Tukang Jamu Yang Bahenol Dan Memuaskan

Pada saat itu aku mengontrak rumah yang dengan harganya lumayan mahal, tapi menurut ku rumah ini dengan yang aku inginkan dan nyaman sekali. Saat itu aku berpacaran dengan gadis bernama Mia, setelah Mia meninggalkan diriku, aku jadi jomblo. Mau pacaran aku malas dengan basa-basi dan berbagai tuntuttan untuk melampiaskan libidoku, siapa saja yang kusenangi sering kubawa ke kamar ku yang istimewa.

Karena alamatnya rumit banya lika-likunya, tidak satupun teman ceweku yang berhasil mencari alamat ku. Suatu hari saat aku baru membeli rokok di warung aku berpapasan dengan penjual jamu yang cukup mengangetkan. Wajahnya manis dan bodynya bahenol betul.

"Nggal salah ini orang jadi tukang jamu,?" tanyaku dalam hati.
"Mbak jamu" tegurku, dan diapun menoleh.
"Mau minum jamu Mas?" tanyanya.
"Iya tapi jangan disini, kerumaku aja" ajakku dan dia ikut dibelakangku.

Sesampainya dirumah, si Mbak melihat sekeliling.
"Wahh enak juga ya tempat Mas ya" ucapnya.
"Mbak, jamu apa yang bagus" tanyaku.
"Lah, Mas maunya untuk apa?, apa yang mau untuk pegel linu, masuk angin, atau jamu kuat" tanyanya balik.
"Kuat apa Mbak?" tanyaku lagi.
"Ya kuat segalanya" katanya sambil melirik.
"Genit juga si Mbak" kataku dalam hati.
"Aku minta jamu kuat lah Mbak, biar kalau malam kuat melek bikin skripsi"

Tapi aku terus terang aku kurang mempunyai keberanian untuk menggoda dan mengarahkan pembicaraan ke yang porno-porno. Sejak saat itu Mbak jamu sering menghampiriku.
"Mas kemarin kemana?, saya kesini kok rumahnya dikunci. Saya ketok sampe pegel nggak ada yang buka.
"Ohh,, kemarin ada kuliah sore jadi saya dari pagi sampai malamdi kampus" kataku.
"Mas, ini jamu kunyit asam, bagus untuk anak muda, biar kulitnya cerah dan jauh dari penyakit,"
"Mbak suaminya mana ?" tanyaku iseng.
"Udah nggak punya suami Mas, kalau ada ngapain jualan jamu berat"
"Anak punya Mbak ?"
"Belum ada Mas, orangn suami saya dulu udah tua, mungkin bibitnya udah habis" candanya.

Kami semakin akrab sehingga hampir setiap hari jadi langganannya. Kadang-kadang lagi nggak punya duit, dia tetap membuatkan jamu untukku. Dia pun sudah sudah tidak canggung lagi masuk kerumahku. Bahkan dia sering numpang ke WC.

Mbak Wati, begitulah dia mengaku namanya setelah beberapa kali mengantar jamu. Dia kini memasuki usia 27 tahun, asalnya dari daerah Wonogiri. Mbak Wati menganggap rumah ku sebagai tempat persinggahan tetapnya. Dia selalu protes keras jika aku tidak ada dirumah.

Semula Mbak Wati mengunjungi ku pada sekitar pukul 13.00 siang, tapi kini dia datang selalu sekitar pukul 17.00 sore. Kalau dia datang kerumah ku, jamunya juga sudah hampir habis. Paling-paling sisa segelas untuk ku. Rupanya Mbak Wati menjadikan rumah ku sebagai terminal terakhir. Ia pun kini makin berani.

Dia tidak hanya menggunakan kamar mandiku untuk buang air kecil, tetapi kini malah sering mandi. Sampai sejauh ini aku menganggapnya sebagai kakakku saja. Karena dia pun menganggapku sebagai adiknya. Sering kali dia membawa dua bungkus mie instan lalu di rebus di rumah ku dan kami sama-sama memakannya.

Sebetulnya pikiran jorokku sudah mengebu-gebu untuk menikmati tubuh Mbak Wati ini. Aku ingin sekali melakukan seks, namun keberanian ku untuk memulainya belum kutemukan. Mungkin juga karena aku tidak berani kurang ajar, jadi Mbak Wati makin percaya pada diriku. Padahal wess ngaceng libidoku, dan aku hanya berani mengintip jika Mbak Wati mandi di kamar mandiku. Lubang yang suda ku siap kan membuatku makin ngaceng saja kalau menikmatin intaian. Tapi bagaimana nih cara mulainya.

"Mas, boleh nggak saya menginep disini?" tanya Mbak Wati suatu hari.
"Saya mau pulang jauh dan sekarang sudah kesorean, lagi pula besok saya nggak jualan, capek," katanya beralasan tanpa saya tanya.
"Lah Mbak, tempat tidurnya cuman satu" jawabku.
"Nggak papa, saya tidur di tikar aja, Mas tidur di kasur"
"Bener nih? tanyaku, dengan perasaan setengah gembira. Karena kupikir inilah kesempatan untuk menyergapnya.
"Iya nggak papa kok Mas" katanya.

Tanpa ada rasa canggung diapun masuk kamar mandi dan mandi sepuasnya. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali mengintipnya. Badannya mulus bahenol walaupun kulitnya tidak putih, tetapi bentuk tubuhnya sangat sempurna, sangat bahenol sebagai seorang wanita. Sayang dia miskin, kalau kaya mungkin dia bisa jadi bintang film, pikir ku.

Payudaranya cukup besar, mungkin ukuran 36, putingnya kecil dan bulu vaginanya tebal sekali, Mungkin ada hubungannya dengan kumis tipis yang ada diatas bibirnya itu. Selesai mandi, kini giliranku masuk kamar mandi juga kugunakan untuk coli.

"Mas mandinya kok lama sekali sih, ngapain aja?" tanyanya mengagetkan aku.
"Ah biasa lah keramas sekalian biar segar" jawabku beralasan.
"Itu saya buatkan kopi, jadi keburu dingin deh, abis mandinya lama banget,"

Malam itu kami ngobrol ke sana kemari dan aku berusaha mengorek informasi sebanyak mungkin mengenai dirinya.

"Mas suka di pijet nggak?" tanyanya tiba-tiba.
"Wahh nggak, nggak nolak" kata ku bercanda.
"Sini saya pijetin Mas" katanya menawarkan.

Tanpa menunggu lama aku segera menuju ke kamar diikuti Mbak Wati dan semua baju dan celana ku ku buka dan hanya bepakaian celana dalam. Kumatikan lampun sehingga suasana kamar jadi agak remang-remang. Nggak nyanka sama sekali, ternyata Mbak Wati pinter sekali memijat. Dia menggunakan cairan body lotion yang dibawanya untuk menlacarkan memijat.

Aku benar-benar pasrah. Meski ngaceng berat ingin bercinta, tetapi aku nggak berani kurang ajar. Celakanya Mbak Wati ini tidak canggung sedikit pun merambah seluruh tubuhku sampai mendekati si otong. Beberapa kali malah ke senggol sedikit, membuat tambah tegang aja.

"Mas, celanya buka aja biar nggak kena cream" katanya.
"Terserah Mbak" kataku pasrah. Dengan cekatan dia melorotkan celana dalam. Sehingga aku kini jadi telanjang bulat.
"Apa Mbak nggak malu melihat saya telajang" tanyaku.
"Ah nggak apa-apa, saya dulu sering memijat suami saya" jawabnya.
"Dia yang mengajari saya mijet"

Tegangan ku makin tinggi karena tangannya tanpa ragu menyenggol kemaluanku. Dia lama sekali memijat bagian dalam pahaku, tempat yang paling sensitive dan paling merangsang. Mungkin kalau ada kabel di hubungkan diriku dengan lampu, sekarang lampunya akan menyala terang sekali, orang teganganku sudah mulai memuncak.

Aku tidar terlungkup sambil berpikir, gimana caranya memulai. Akhirnya aku berketetapan tidak mengambil inisiatif. Aku akan mengikuti kemana kemauan Mbak Wati. Kalau terjadi ya terjadilah, kalau nggak ya lain kali mungkin. Tapi aku ingin menikmati dominasi perempuan atas laki-laki.

Setelah sekitar satu jam aku tidur terlungkup, Mbak Wati memerintahkan aku terlentang. Tanpa ragu dan tanpa rasa malu dan bersalah aku segera menelentangkan badan ku. Otomatis si otong yang dari tadi berontak, kini bebas tegak berdiri.

Celakanya si otong tidak menjadi perhatian Mbak Wati dia tenang aja memijat dan sedikitpun tidak komentar mengenai otong ku. Kaki kiri, kaki kanan, paha kiri, paha kanan, kepala, tangan kiri, tangan kanan, lalu perut. Bukan hanya perut tetapi si otong pun jadi bagian yang di pijat. Aku melenguh.

"Aduh Mbak"
"Kenapa Mas?" tanyanya agak manja.
"Aku nggak tahan, ngaceng banget"
"Ahh nggak apa-apa tandanya Mas normal"
"Udah tengkurap lagi Mas istirahat sebentar saya mau kekamar mandi sebentar."

Lama sekali dia dikamar mandi, sampai aku akhirnya tertidur dalam keadaan telungkup dan telanjang. Tiba-tiba aku merasa ada yang menindihku dan kembali kurasakan pijatan di bahu. Dalam keadaan setengah sadar kurasakan ada sesuatu yang agak berbeda. KlikDisini :  


 http://www.qqkenzo.org/game_news.php?menu=game
Kenapa Punggungku yang didudukinya terasa agak geli, kucermati lama-lama aku sadar apa yang mengakibatkan rasa geli itu, ada bulu-bulu apa mungkin Mbak Wati sekarang telanjang meminjatku. Ternyata memang benar begitu.

Tetapi aku diam saja tidak berkomentar. Kunikmatin usapan bulu jembut yang lebat itu di punggungku. Kini aku sadar penuh, dan otong yang dari tadi bangun meski aku sempat tertidur makin tegang. Wah kejadian deh sekarang, pikirku dalam hati.
"Balik Mas" katanya setelah dia turun dari badan ku.

Aku berbalik dan ruangan jadi gelap sekali. Ternyata semua lampun dimatikannya. Aku tidak bisa melihat Mbak Wati ada dimana. Dia kembali memijat kakiku lalu duduk diatas kedua pahaku. Ia terus terus naik memijat bagian dadaku dan seiring dengan itu, jembutnya berkali-kali menyapu si otong.

Kadang-kadang si otong di tindihnya sampai lama dia melakukan gerakan maju mundur. Beberapa saat kemudian aku merasa Mbak Wati mengambil posisi jongkok dan tangannya memegang batang si otong. Pelan-pelan dituntun kepala siotong memasuki lubang kemaluannya.

Aku pasrah saja dan sangat menikmatin dominasi perempuan. Lubangnya yang hangat sekali dan pelan_pelan seluruh batang si otong masuk kedalam lubang vagina Mbak Wati. Mbak Wati lalu merebahkan dirinya memeluk diriku dan pantatnya naik turun, sehinga si otong keluar masuk.

Kadang-kadang saking hotnya si otong sering lepas, lalu dituntunnya lagi masuk ke lubang yang diinginkan. Karena aku tadi sudah coli dan posisiku di bawah, aku bisa menahan agar sperma ku tidak cepat muncrat. Gerakan Mbak Wati makin liar dan nafasnya semakin memburu.

Tiba-tiba dia menjerit tertahan dan menekan sekuat-kuatnya kemalauannya ke si otong. Dia berhenti bergerak dan kurasakan lubang vaginanya berdenyut-denyut. Mbak Wati mencapai orgasmenya yang pertama. Dia beristirahat dengan merebahkan seluruh tubuhnya ke tubuhku. Jantungnya terasa berdetak cepat.

Aku mengambil alih dan membalikkan posisi tanpa melepas si otong dari lubang vaginanya Mbak Wati. Ku atur posisi yang lega dan mencari posisi yang paling enak dirasakan oleh vagina Mbak Wati. Aku pernah membaca soal G-spot. Titik itulah yang kucari dengan memperhatikan reaksi Mbak Wati.

Akhirnya kutemukan titik itu dan serangan terus ku kosentrasikan kepada titik itu sambil memaju dan memundurkan si otong. Mbak Wati mulai mengelinjang dan tak berapa lama dia berteriak, dia mencapai klimaks tertinggi sementara itu aku juga sampai pada titik tertinggi ku.

Dalam keadaan demikian yang terpikir hanya bagaimana mencapai kepuasan yang sempurna. Kubenamkan si otong sedalam mungkin dan bertahan pada posisi itu sekitar 5 menit. Penisku berdenyut-denyut dan vaginanya Mbak Wati juga berdenyut lama sekali. Vaginanya sungguh enak sekali.

''Mas terima kasih ya, saya belum pernah main sampai seenak ini.''
''Saya ngantuk sekali Mas.'' katanya.
''Ya sudah lah tidur dulu,''

Aku bangkit dari tempat tidur dan masuk kamar mandi membersihkan si otong dari sperma yang belepotan. Aku pun tidak lama tertidur. Paginya sekitar pukul 5 aku bangun dan ternyata Mbak Wati tidur di samping ku. Kuraba vaginanya, lalu ku cium, tangan nya bau sabun. Berarti dia tadi sempat bangun dan membersihkan diri lalu tidur lagi. Dia kini tidur nyenyak dengan ngorok pelan.

Kuhidupkan lampu depan sehingga kamar menjadi agak remang-remang. Kubuka atau ku kangkangkan kedua kakinya. Aku tiarap di antara kedua pahanya dan kusibakkan bulu yang lebat itu untuk memberi ruang agar mulutku bisa mencapai vaginanya.

Lidahku mencari posisi klitoris Mbak Wati. Perlahan-lahan kutemukan titik itu aku tidak segera menyerang ujung klitoris, karena kalau Mbak Wati belum terangsang dia akan merasa ngilu. Daerah sekitar klitoris aku jilat dan lama-lama mulai mengerasa dan makin menonjol.

''Mas kamu ngapain Mas, jijik mas udah, Mas'' tangannya mendorong kepala ku, tetapi kutahu tenaganya tidak sunguh-sungguh karena dia juga mulai mengelinjang. Tangannya kini tidak lagi mendorong kepalaku, mulutnya berdesis-desis dan diselingin teriakan kecil mana kala sesekali kusentuh ujung klitorisnya dengan lidahku.

Setelah kurasakan clitorisnya menonjol penuh dan mengeras serangan ujung lidahku beralih ke ujung klitoris. Pinggul Mbak Wati yang bahenol menggeliat seirama dengan gerakan lidahku. Tangannya kini bukan berusaha menjauhkan kepalaku dari vaginanya tetapi malah menekan, sampai aku sulit bernafas.

Tiba-tiba dia menjepitkan kedua pahanya ke kepalaku dan menekan sekeras-kerasnya, tangannya ke kepalaku untuk semakin membenam. Vaginanya berdenyut-denyut. Dia mencapai klimaks. Beberapa saaat kupertahankan lidah ku menekan klitorisnya tanpa menggerak-gerakkannya.

Setelah gerakannya berhenti aku duduk di antara kedua pahanya dan kumasukkan jari tengah ke dalam Vaginanya kucari posisi G-spot, dan setelah teraba kuelus pelan. Dengan irama yang tetap. Mbak Wati kembali menggerakkan pinggulnya yang bahenol dan tidak lama kemudian dia menjerit dan menahan gerakan tanganku di dalam memeknya. Lubang vaginanya berdenyut lama sekali.

''Aduh mas ternyata mas pinter sekali.''
''Aku kira mas nggak suka perempuan. Aku sampai penasaran mancing-mancing mas, tapi kok nggak nyerang-nyerang aku.''
''Jadi aku bikin alasan macem-macem supaya bisa berdua sama mas,''
''Aku segen Mbak, takut dikira kurang ajar. Selain itu aku juga ingin menikmati jika didului perempuan.''
''Ah Mas nakal, menyiksa aku. Tapi aku suka Mas orangnya sopan nggak kurang ajar kayak laki-laki lain.''
''Mas tadi kok nggak jijik sih jilati vaginaku. Aku belum pernah loh digituin. Rasanya enak juga ya.'' kata Mbak Wati.

Mbak Wati mengaku ketika berhubungan dengan suaminya yang sudah tua dulu hanya hubungan yang biasa saja dan itu pun Mbak Wati jarang sampai puas. Dia mengaku belum pernah berhubungan badan dengan orang lain kecuali suaminya dan diriku.

''Pantes vaginanya enak sekali, tembem Mbak,'' kata ku.
''Wong tukang jamu kok, yo terawat toh yo.''
''Sekarang gantian Mbak, penis ku Mbak jilati yoo.''
''Aku ra iso he Mas” ucapnya
"Nanti tak ajari Mbak'' kataku.

Mbak Wati yang bahenol mengambil posisi diantara kedua pahaku dan mulai memegang si otong dan pelan-pelan memasukkan mulutnya ke ujung penisku. Dia berkali-kali merasa mau muntah, tetapi terus berusaha mengemut si otong. Setelah terbiasa akhirnya dikulumnya seluruh batang penis ku sampai hampir mencapai pangkalnya. Aku merasa ujung si dicky menyentuh ujung tenggorokkannya.

Dia memaju-mundurkan batang di dalam kulumannya. Ku instruksikan untuk juga melakukannya sambil menghisap kuat-kuat, dia menuruti semua perintahku. Bagian zakarnya juga dijilatnya seperti yang kuminta. Dia tidak lagi mau muntah tetapi mahir sekali. Setelah berlangsung sekitar 15 menit kini aku perintahkan dia tidur telentang dan aku segera menindihnya.

''Mas penismu iki kok enak tenan, keras sampai vagina ku rasanya penuh sekali.''

Kugenjot terus sambil kosentrasi mencari titik G-spot. Tidak sampai 5 menit Mbak Wati langsung berteriak keras sekali. Dia mencapai orgasme tertinggi. Sementara aku masih agak jauh. Setelah memberi kesempatan jeda sejenak. Mbak Wati kusuruh tidur nungging dan kami melakukan dengan Dogy Style.

Rupanya pada posisi ini titik G Mbak Wati tergerus hebat sehingga kurang dari 3 menit dia berteriak lagi dan aku pun mencapai titik tertinggi sehingga mengabaikan teriakannya dan kugenjot terus sampai seluruh spermaku hambis di dalam vagina Mbak Wati.

Dia tertidur lemas, aku pun demikian. Sekitar jam 8 pagi kami terbangun dan bersepakat mandi bareng. Badan Mbak Wati memang benar-benar sempurna sangat bahenol. Payudaranya besar menantang, pinggulnya besar, dan pinggangnya ramping sungguh bahenol. Setelah malam itu Mbak Wati jadi sering menginap di kamar ku. Sampai satu hari dia datang dengan muka sedih.

''Mas aku disuruh pulang ke kampung mau dikawinkan sama Pak lurah.''
''Aku berat sekali Mas pisah sama Mas, tapi aku nggak bisa nolak keinginan orang tua ku,'' katanya bersedih.

Malam itu Mbak Wati nginap kembali di kamar ku dan kami main habis-habisan. Seingat saya malam itu saya menikmati tubuh bahenol nya, sehingga badan ku lemas sekali. AgenBandarCeme. 

No comments

AgenBandarCeme - SPG Swalayan Yang Cantik

SPG Swalayan Yang Cantik Aku pernah bekerja di salah satu swalayan terkemuka di kota M selama lbh kurang 7 taon. Awal-nya penempatan aku...